Biografi Syah Waliyullah, Karya dan Pemikirannya dalam pembaharuan Islam
Biografi Syah Waliyullah – pada artikel ini kita akan mengulas mengenai biografi singkat Syah Waliullah Dehlawi dan pikirannya dalam penyempurnaan islam kekinian. Syah Waliyullah ialah seorang ulama besar pada periode imperium Islam Moghul, India. Karena ketokohan dan jasa-jasanya beliau dipandang seperti mujaddid atau pembaharu Islam pada era keduabelas hijriyah.
Biografi Singkat Syah Waliyullah
Nama aslinya ialah Quthub ad Din Ahmad, bin Syah abd Rahim, bin Wajihuddin, bin Mu’azzam, bin Ahmad, bin Muhammad, bin Qawwamuddin, ataupun lebih dikenali dengan Syah Waliyullah. Nama Syah Waliyullah yang panjang ini sebagai satu gelar yang menunjukkan penghormatan yang besar atas kesalehan serta dasar dan kedalaman ilmunya.
Syah Waliyullah dilahirkan di Delhi, India di tanggal 21 Februari 1703 M. Beliau sebagai orang terpenting di dalam perkembangan islam modern karena pemikiran-pemikirannya. Syah Waliyullah memperoleh pengajaran dari orang tuanya yaitu Syah Abd Rahim, seorang sufi dan ulama yang mempunyai madrasah.
Sesudah dewasa, beliau selanjutnya ikut mendidik di madrasah itu. Seterusnya, beliau pergi naik haji dan sepanjang setahun di Hejaz beliau sempat belajar ke ulama-ulama yang berada di Mekkah dan Madinah. Lantas beliau kembali lagi ke Delhi sekitaran tahun 1732 dan melanjutkan kerjanya yang dahulu sebagai guru.

Karya Tulis Syah Waliyullah dan Sepak Terjangnya
Selain itu, Syah Waliyullah mempunyai kesukaan menulis buku hingga banyak tinggalkan beberapa karya yang dapat dibaca sampai sekarang ini. Beberapa karya beliau salah satunya ialah buku Hujjatullah Al-Baligah dan Fuyun Al-Haramain.
Di jaman Syah Waliyullah waktu itu, penafsiran al-Qur’an ke bahasa asing masih dipandang terlarang. Tapi, beliau menyaksikan jika orang di India membaca al-Qur’an dengan tidak pahami didalamnya atau artinya. Membaca tanpa pahami tidak terlalu besar manfaatnya untuk kehidupan duniawi mereka.
Maka dari itu beliau menyaksikan perlu al-Qur’an ditranslate ke bahasa yang bisa dimengerti orang pemula. Di saat itu bahasa yang diputuskannya adalah bahasa Persia yang sering digunakan di kelompok berpendidikan Islam India. Penafsiran al-Qur’an ke bahasa Persia ini ditingkatkan oleh Syah Waliyullah sendiri di tahun 1758. Terjemahan itu sebelumnya mendapatkan pertentangan, tetapi makin lama bisa diterima oleh khalayak luas. Karena warga sudah ingin terima terjemahan, putranya Syah Waliyullah selanjutnya memustuskan untuk membikin terjemahan ke bahasa Urdu, yaitu bahasa yang lebih umum digunakan oleh warga Islam di India dibanding bahasa Persia di periode itu.

Pemikiran Syah Waliyullah dalam Pembaharuan Islam
Syah Waliyullah memandang kesejahteraan ekonomi benar-benar dibutuhkan untuk kehidupan yang bagus. Menurut dia, kerja sama sudah membuat salah satu dasar jalinan ekonomi yang manusiawi dan islami. Transaksi bisnis yang mengikutsertakan bunga mempunyai dampak yang menghancurkan. Praktek bunga membuat kecondongan untuk menyembah uang, Ini mengakibatkan warga berlomba dalam mendapat kekayaan dan kemewahan. Point terpenting dari filsafat ekonominya ialah jika social ekonomi mempunyai dampak yang dalam pada moralitas social. Maka dari itu, kejujuran kepribadian dibutuhkan untuk membuat aturan ekonomi. Berkaitan pengendalian negara, karena itu dibutuhkan ada satu pemerintahan yang sanggup sediakan fasilitas pertahanan, membuat hukum dan menegakkannya, jamin keadilan, dan sediakan beragam fasilitas khalayak seperti jalan dan jembatan.
Menurut pemikiran Syah Waliyullah, pemicu yang membawa umat Islam ke kekurangan dan kemerosotan ialah seperti berikut:
- Berlangsungnya peralihan mekanisme pemerintah Islam dari mekanisme kekhalifahan jadi mekanisme kerajaan.
- Mekanisme demokrasi yang ada pada kekhalifahan ditukar dengan mekanisme monarki absolut.
- Pemecahan di kelompok umat Islam yang disebabkan karena beragam pertentangan saluran dalam Islam.
- Tradisi istiadat dan tuntunan bukan Islam masuk ke kepercayaan umat Islam.